FOKUS RAKYAT.NET, PALU – PT. Marinda Utamakarya Subur, disupport PT. Meriba Nusa Jaya Group, selaku pelaksana proyek pembangunan jalan dan jembatan, di jalan lingkar Palu-Tondo, kompleks Hunian Tetap (Huntap), menanggapi terkait pengendalian risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) para pekerja.
Sebab, para pekerja di PT. Meriba itu, diduga tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan aktivitasnya di lapangan.
Namun, sebagai pelaksana, PT. Meriba Nusa Jaya Group, telah menerapkan pengendalian risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) itu sejak dini, demi meminimalisir kecelakaan kerja, baik kecelakaan berat maupun kecelakaan ringan di lapangan.
Demikian disampaikan Direktur Cabang PT Meriba Nusa Jaya Group, Hendra B. Wentinusa, saat berbincang hangat dengan sejumlah wartawan, di kantor direksi PT Meriba di lokasi jembatan 1 Huntap Tondo, Senin kemarin, 6 September 2021.
“Peraturan sebagai penyedia jasa untuk keselamatan kerja sudah menjadi kewajiban kami, untuk diterapkan ke para pekerja di lapangan. Makanya, saya yang berpengalaman kerja konstruksi hingga ke perusahaan asing, menerapkan aturan itu disini,”ungkap Hendra B. Wentinusa, selaku Direktur Cabang, sekaligus merangkap Manager Teknis itu.
Kepada wartawan, Hendra menjelaskan, untuk menerapkan pengendalian risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), pihaknya telah menyediakan tim medis, dan administrasi K3 itu sendiri.
“Ada semua kami siapkan pak (wartawan,red), bahkan pada setiap Spot pekerjaan kami, ada edukasi yang disampaikan ke para pekerja, termasuk lengkapi APD (Alat Pelindung Diri) sebelum beraktivitas di lapangan,”ungkapnya lagi.
Hendra, Pria yang bertutur kata dengan lembut itu, menambahkan, hanya saja untuk pencegahan risiko terhadap pekerja ini, begitu APD dibagikan, tetapi para pekerja diakuinya yang tidak terbiasa dengan APD itu.
Baca juga : Aksi Perjudian Domino Digerebek Polisi, Lima Orang Melarikan Diri, TKP di..
“Kita kasih hari ini, besoknya dibuka karena tidak terbiasa, karena memang para pekerja lokal sangat dominan untuk komposisi disini,” terangnya.
Kata dia, paling tidak komposisi pekerja lokal itu perbandinganya sekitar 70 – 30 (70 persen lokal), yang diambil dari area warga Kota Palu, Kabupaten Poso, wilayah Pantai Barat (Kabupaten Donggala), sampai ke wilayah Pantai Timur (Kabupaten Parigi Moutong).
Baca juga : Heboh Pencuri Uang Kotak Amal Masjid Diamankan, Polisi : Tersangka Sudah Diamuk Massa
“Sebagian besar para pekerja kami dari daerah desa, untuk dipekerjakan dan untuk saling mengingatkan, bahwa keselamatan kerja itu paling utama demi keluarga tercinta di kampung halaman,” jelasnya.
Menanggapi soal Pandemi Covid-19, agar fisik dan kesehatan pekerja bisa optimal, Hendra mengatakan, bahwa pihaknya ada kerjasama dengan pihak Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), untuk ikut vaksinasi massal di Palu.
Baca juga : Ibu Rumah Tangga di Balaesang Diduga Miliki Sabu, Kapolsek : Disimpan Dalam Saku Celana Anak
“Vaksin itu untuk dua kali tahap, dan kami sudah di vaksin semua,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga memiliki tes suhu badan, interaksi pekerja juga dibatasi, dan mengatur jarak pekerja sehingga tidak berkumpulan.
“Bahkan untuk meeting (rapat) wajib pakai masker, begitu pun di lapangan juga saling mengingatkan, supaya pandemi Covid-19 ini bisa putus,”jelasnya lagi.
Menurutnya, disini juga dilengkapi tim medis, sehingga yang terpapar itu langsung terdeteksi. Bagi pekerja yang melakukan Isolasi Mandiri (Isoman), diminta keluarkan surat sakit, dan yang menanggung biayanya adalah manajemen.
“Kami silahkan untuk istirahat, dan kami tetap bayar meski istrahat, yang penting ada surat dari dampak covid, karena berdampak ekonomi bagi warga disini,” pungkasnya.(ATR)