PORTAL BERITA
LEBIH SANTUN MENGUNGKAP FAKTA
LBH kesehatan

Pagar Bandara Palu Terancam Rusak, Dampak Proyek Perbaikan Sungai Ngia

Pagar
Pagar Bandara Palu Terancam Rusak, Dampak Proyek Perbaikan Sungai Ngia. FOTO : TIM MEDIA
BHAYANGKARA

PALU, FOKUSRAKYAT.NET — Proyek perbaikan dan penataan aliran sungai di Kota Palu.

Dikenal dengan nama paket River Improvement in Palu City Area (Downstream of Palu Considering Tsunami Countermeasures), kembali menyita perhatian publik.

KAPOLDA

Proyek yang saat ini tengah berlangsung di kawasan selatan dan barat Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, tepatnya di wilayah Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, dituding memicu kerusakan infrastruktur di sekitarnya, khususnya pagar keliling.

Salah satu dampak, kini mencemaskan warga adalah munculnya retakan serius pada saluran irigasi yang berada persis di sisi pagar bandara.

Retakan tersebut diduga kuat akibat aktivitas berat pemasangan box culvert di jalur hilir Sungai Ngia, yang merupakan bagian dari proyek pengendalian banjir dan mitigasi tsunami itu.

Pantauan langsung di lapangan pada Rabu (28/5/2025) menunjukkan retakan memanjang sepanjang saluran irigasi yang membentang dari sisi selatan hingga barat bandara.

Posisinya yang berdekatan dengan pagar pembatas bandara membuat warga khawatir akan kemungkinan ambruknya struktur saluran, yang bisa berujung pada terganggunya keamanan fasilitas bandara maupun pemukiman sekitar.

“Saya bilang ke teman-teman penggembala untuk tidak lewat situ karena takutnya ambruk. Retakannya sudah terlihat jelas dan sewaktu – waktu bisa ambruk,” ujar Ahmadi, warga setempat, saat ditemui tim media ini.

Lanjut Ahmadi, selain aktivitas alat berat, kondisi tanah yang labil di wilayah itu juga memperparah risiko kerusakan infrastruktur.

Beberapa warga lain juga menyampaikan kekhawatiran serupa, mengingat area tersebut menjadi jalur utama aliran air dan berada di kawasan yang cukup vital.

Hingga berita ini diturunkan, tim media ini sudah berupaya mengkonfirmasi kepada pihak pelaksana proyek, yakni PT Selaras Mandiri Sejahtera (SMS), belum membuahkan hasil.

Pesan yang dikirimkan kepada Anang Wododo, ST, selaku penanggung jawab proyek tersebut, telah terbaca namun belum dibalas.

Beberapa kali panggilan telepon juga tidak direspons.

Proyek ini sendiri merupakan bagian dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), dengan fokus utama pada penanggulangan bencana dan perbaikan sistem drainase pasca-tsunami 2018.

Meski tujuan proyek dinilai penting, warga berharap pelaksanaannya tetap memperhatikan dampak lingkungan dan keselamatan infrastruktur sekitar.

“Jangan sampai niat baik menanggulangi bencana malah menciptakan potensi bencana baru,” pungkas Ahmadi.

pasang iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!