Dugaan Pungli Oknum Kepala Sekolah, Ormas AMPK Turun Demo

pungli
Aliansi Masyarakat Peduli Keadilan (AMPK), turun melakukan aksi demo, di depan SMPN 4 Bolano Lambunu, pada Selasa kemarin, (30/9), sekira pukul 12. 30 Wita. (DOK AMPOLE)

Parimo,Fokusrakya.net – Sehubungan dengan adanya informasi terkait dugaan Pungutan Liar (Pungli) yang dilakukan oknum kepala sekolah SMPN 4 Bolano lambunu.

Bahkan, juga adanya dugaan pemecatan terhadap tenaga honorer yang tidak sesuai prosedur, yang sampai saat ini, belum menemui titik terang.

Olehnya, menyikapi hal ini, salah satu Ormas mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Peduli Keadilan (AMPK), turun melakukan aksi demo, di depan SMPN 4 Bolano Lambunu, pada Selasa kemarin, (30/9), sekira pukul 12. 30 Wita.

Dalalam rangkaian aksi demo ini, Rafli Suakan, selaku Korlap, dalam surat edaran yang beredar kepada wartawan media ini, memiliki 4 tuntutan, diantaranya :

1. Mendesak Kapolsek Bolano Lambunu, untuk melakukan penyelidikan atas dugaan pencemaran nama baik dan fitnah yang diduga dilakukan oleh oknum kepala sekolah SMPN 4 Bolano Lambunu?

2. Mendesak Kepala Dinas Pendidikan, untuk mencopot kepala sekolah SMPN 4 Bolano Lambunu, yang diduga telah melakukan pungutan kepada siswa, dengan cara memotong dana PIP Rp400.000 per siswa, dan juga untuk pembelian seragam, padahal tegas dinyatakan dalam Permendikbud 75 tahun 2016 bahwa pihak sekolah tidak boleh menjadi penyedia seragam sekolah siswa.

Baca juga : Berhembus Isu Miring Soal Paket Proyek Tahun 2023 di Universitas Tadulako

Baca juga : Sosialisasi Pendidikan Politik Pemilih Pemula di Pasangkayu

Baca juga : Calon Kades di Parimo Siap Hadapi Hasil dengan Lapang Dada

3. Mempertanyakan kepada oknum kepala sekolah, uang siswa yang dikumpulkan yang hingga hari ini belum jelas penggunaannya, (Rp.750.000 per orang dan 60.000 per orang)

4. Mendesak pihak aparat penegak hukum (APH) untuk mengusut tuntas dugaan pungli yang terjadi di SMPN 4 Bolano Lambunu?

Sementara itu, Nasar Pakaya, dalam orasinya saat aksi demo, mengatakan, bahwa ia sebenarnya merasa berdosa, karena telah mendemo guru yang sebenarnya tanpa mereka, ia tidak bisa seperti ini.

“Akan tetapi karena tidak adanya hasil dari mediasi. Kami lakukan aksi demo sehingga memaksa kami untuk turun menyarakan apa yang menjadi tuntutan kami,” pungkasnya.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!