Volume diduga dikurangi pada pekerjaan jalan aspal di kompleks BTN Lasoani Bawah, kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Pelaksanaan proyek jalan aspal di kelurahan Lasoani itu volume diduga dikurangi oleh kontraktor pelaksananya yakni CV. Bintang Victoria.
Bahkan kualitas proyek pengaspalan kompleks BTN Lasoani Bawah, sampai dengan Peningkatan Pekuburan Umum Tanamaheba itu, tampak material Batu Split pada agregat pokok 5/7, 3/5 dan 2/3 diduga telah kurangi.
Proyek pekerjaan jalan aspal melekat di Satuan Kerja (Satker) Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu, yang dilaksanakan oleh CV. BINTANG VICTORIA, Jalan BANTENG III NO. 19 B – Palu (Kota) – Sulawesi Tengah, dengan Nilai Kontrak Rp. 381.263.419,81.
Berdasarkan pantauan sejumlah wartawan di lokasi pekerjaan, pada Volume Lapis Resap Pengikat (Primecoat) dan Lapis Perekat (Tack Coat) diduga sangat tipis. Karena, material batu tidak terbungkus baik dengan aspal.
Pekerjaan proyek Pengaspalan di Kompleks BTN Lasoani Bawah tersebut, diprotes keras oleh warga setempat, karena diduga metode pekerjaannya yang tidak benar.
Meski baru selesai dikerjakan Desember 2021, sebagaimana juga hasil pantauan Awak Media di lokasi, sebagian besar kini kondisi agregat batu pokok mulai timbul.
Bahkan, jalan pun tampak tidak rata, dan rapuh, karena materialnya mudah terlepas dari posisinya.
Ketika sejumlah wartawan tergabung di dalam media online mendatangi lokasi pada Kamis, 16 Desember 2021, tampak tidak ada lagi aktivitas pada proyek tersebut, terkait tanggung jawab pemeliharaan oleh kontraktor pelaksana.
Salah seorang warga, Adi, kepada sejumlah wartawan, mengatakan para pekerja sudah tidak beraktivitas sejak berakhir pekerjaan.
“Kami juga tidak melihat adanya tanggung jawab dari pihak penyedia jasa tak lain kontraktor pelaksananya,” ungkapnya kepada wartawan.
“Semua peralatan juga sudah tidak ada di sini sejak saat itu,”ungkapnya lagi yang ditemui di area dekat lokasi pekerjaan jalan aspal itu.
Untuk ditekahui, berdasarkan pantauan sejumlah wartawan juga menemukan permukaan Lapen memang tampak tidak rata, dan terdapat beberapa agregat pokok maupun pengunci yang masih muncul di permukaan, yang tampak tidak digilas.
Karena, diduga menggunakan abu batu sangat tipis sebagai lapis penutup, mereka (kontraktor pelaksana) hanya memanfaatkan, dan menggunakan material pasir di sekitar lokasi kegiatan sebagai lapis penutup.
Kuat dugaan, ruas jalan yang dikerjakan tersebut hanya satu kali penyiraman pada saat setelah pemadatan agregat pengunci batu split 2-3.
Batu pondasi di bagian pinggir juga terlihat seperti tidak digilas alat berat, bahkan mudah terlepas jika didorong dengan kaki.
Ada beberapa bagian yang agregat penutupnya menggunakan pasir kali maupun pasir cadas dengan butiran besar, tidak dalam bentuk bubuk batu hasil olahan.(**/Atr)
LAPORAN : TIM INVESTIGASI GABUNGAN MEDIA ONLINE INDONESIA
Baca juga : Rekanan BWSS III Sulteng Diduga Gunakan Material Illegal Campur Tanah, Polda Segera Lidik