HUT Provinsi Sulteng ke 61, Kepemimpinan dari Masa ke Masa!

Kepemimpinan Sulteng dari Masa ke Masa. Foto/IST

Palu — Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) tepat berusia 61 tahun pada Minggu (13/4/2025).

Usia yang tidak terbilang muda lagi, karena sudah lebih dari setengah abad.

Tanpa kita sadari, ternyata peletak dasar pemerintahan di daerah ini, pada 61 tahun lalu tersebut bernama Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning yang menjabat dari 13 April 1964 hingga 13 April 1968.

Pria asal Minangkabau tersebut, dipercaya Menteri Dalam Negeri menjadi gubernur pertama di daerah ini.

Luar biasanya, tepat di usia hari jadinya hadir pula sosok gubernur baru Sulteng yang juga bernama Dr H Anwar Hafid, M.Si yang dilantik oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Negara pada 20 Februari lalu, atau tepatnya baru 52 hari pria asal Wosu tersebut memegang kendali daerah ini.

Maka tidak berlebih jika di Hari Ulang Tahun (HUT) Sulteng kali ini, masyarakat Sulteng menggunakan hashtag# Dari Anwar ke Anwar.

Kebetulan atau tidak, tapi takdir Ilahi selalu berulang, Anwar yang hadir dengan jargon BERANI atau sinonim dari Bersama Anwar -Reny, memulai tugasnya di daerah ini hampir dua bulan lamanya.

Gubernur Anwar Hafid. Foto/IST

Beberapa gebrakan sudah dilakukan. Dan memperingati hari jadi daerah ini.

Penulis hanya mengulas sepintas sejarah terbentuknya Sulteng dan kepemimpinan Sulteng dari masa ke masa.

Sebelum akhirnya dipimpin oleh Anwar Hafid dan Dr Reny A Lamadjido, S.PK.

SULAWESI TENGAH (disingkat Sulteng) adalah sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Sulawesi, dengan Ibu kotanya Kota Palu.

Memiliki Luas wilayah yang mencapai 61.841,29 km², dan jumlah penduduk mencapai 3,15 juta Jiwa.

Daerah yang dijuluki sebagai Negeri 1000 megalith ini memiliki wilayah terluas di antara semua provinsi di Pulau Sulawesi.

Dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Pulau Sulawesi setelah provinsi Sulawesi Selatan.

Ceritanya dimulai ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia.

Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:

1. Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli.

Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.

2. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado.

Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado.

Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.

3. Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.

Pada Tahun 1964 melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah meliputi empat kabupaten, yaitu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli.

Selanjutnya pada tahun itu juga, Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah.

Dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah yang jatuh pada setiap Tanggal 13 April tahun berjalan.

PEMEKARAN KABUPATEN DI ERA REFORMASI

Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tuntutan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten.

Maka pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan.

Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 Pemerintah Pusat kembali membetuk 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah, yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una.

Setelah pemekaran beberapa wilayah kabupaten, provinsi Sulawesi Tengah saat ini menjadi 14 daerah, yaitu 13 kabupaten dan 1 kota Palu.

MASA PEMERINTAHAN

1. Awal pemerintahannya, Sulteng dipimpin oleh Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning yang menjabat dari 13 April 1964 hingga 13 April 1968.

Pria asal Minangkabau ini, dipercaya Menteri Dalam Negeri menjadi gubernur pertama di daerah ini.

2. Selanjutnya Sulawesi Tengah dipimpin oleh Mohammad Jasin. Moh Yasin sendiri adalah Danrem 132/Tadulako yang kemudian ditunjuk yang menjadi Gubernur Sulteng dari 13 April 1968 April hingga April Tahun 1973.

3. Berikutnya Albertus Maruli Tambunan, yang menjadi gubernur Sulteng dari April 1973 Hingga 28 September 1978 juga merupakan hasil penunjukan dari pemerintah pusat.

4. Kemudian Sulteng dipimpin oleh Mayjend TNI (purn) Moenafri, SH yang menjadi Gubernur pada 28 September 1978 – Hingga 22 Oktober 1979.

Sebelum menjadi Gubernur, Moenafri merupakan Kepala Staf Kekaryaan Wilayah 3 ABRI ketika itu.

Saat itu sudah ada pemilihan di DPRD Sulteng, Golkar (38 Kursi) mencalonkan Moenafri dan PPP (6 kursi) mencalokan Drs Abdul Aziz Lamadjido, SH.

Seperti sudah di duga Moenafri akhirnya terpilih dan dilantik oleh Mendagri Amir Mahmud.

Namun, Moenafri hanya bertahan satu tahun memimpin daerah ini, karena kuatnya desakan organisasi kemasayarakatan dan keagamaan kala itu, terutama dari Alkhairat dan Muhamadiyah. Mendagri kemudian menunjuk

4. Kol (inf) Eddy Djadjang Djajaatmadja sebagai pelaksana tugas Gubernur Sulteng dengan masa jabatan dari, 22 Oktober 1979 – hingga 22 Oktober 1980. Edy Djajang sendiri merupakan mantan Walikota Jakarta Pusat.

5. Selanjutnya Sulteng dipimpin oleh H. Eddy Sabara seorang perwira militer Indonesia, ia hanya bertahan selama 6 bulan saja memimpin daerah ini yakni hanya bertahan dari pertengahan 1979- hingga 1980.

Artinya, dalam kurun hanya sekitar satau tahun saja, ada tiga orang pejabat gubernur yang memimpin daerah ini.

7. Berikutnya, Sulteng dipimpin putra daerah Sulteng yakni, Drs. H Ghalib Lasahido, SH, yang terpilih menjadi gubernur dalam rapat Paripurna DPRD Sulteng dari 19 Desember 1981 – hingga Februari 1986.

Ia terpilih dari empat kandidat yang diajukan DPRD Sulteng dan hanya tiga yang ikut bertarung.

Pria kelahiran Pulau Una Una kabupaten Tojo Una Una ini akhirnya dilantik oleh Mendagri.

8. Menjelang berakhirnya masa jabatan gubernur, para tim sukses meminta Ghalib Lasahido untuk maju ke periode kedua.

Namun, ia memberikan kesempatan putra daerah Sulteng lainnya, yakni kepada H. Abdul Aziz Lamadjido, SH yang kemudian menjadi Gubernur Sulteng selama dua periode yakni, dari Februari 1986 Hingga Februari 1991 dari periode 1991 hingga 1996.

Ayah Wakil Gubenur Sulteng Reny Lamadjido ini saat itu lebih dikenal sebagai bapak Gerakan Terobosan Pembangunan Desa (Gerbos Bangdesa) yang dilanjutkan dengan Gerakan Membangun Desa (Gema Desa).

9. Sulawesi Tengah kemudian kembali dipimpin putra daerah, H, Bandjela Paliudju yang menjadi gubernur dari 16 Februari 1996 – 20 Februari 2011.

Sedangkan Wakil Gubernur bernama Haryono, ia juga merupakan hasil penunjukan pemerintah pusat.

Selang 3 tahun, kembali dilakukan penunjukkan wakil Gubernur yang khusus membidangi Pemerintahan, yakni Kiesman Abdullah, SH.

Artinya hanya pada periode ini pula ada dua orang wakil gubernur sekaligus mendampingi gubernur, selanjutnya tak ada lagi gubernur yang memiliki 2 orang wakil gubernur. Haryono Kisman Abdullah.

10. Berikutnya Sulteng dimpin oleh Prof (E) Drs H Aminuddin Ponulele, MS dan Wakilnya Rully Azis Lamajido menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dari 20 Februari 2001 – hingga 20 Februari 2006.

11. Dalam masa tenggang mengisi kekosongan jabatan, Gumyadi selaku sekda kemudian ditunjuk oleh Presiden sebagai (Penjabat Gubernur) dari Tanggal 20 Februari 2006 hingga 24 Maret 2006 atau hanya sekitar sebulan lamanya.

12. Dan pada periode berikutnya, yakni dari 24 Maret 2006 – 24 Maret 2011, ketika rezim Pemilu berubah ke pemilihan langsung, HB Paliudju dan Wakil Gubernur H Achmad Yahya, SE., MM terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur Sulteng.

Ini berarti, Paliudju menjadi gubernur Sulteng dua kali dalam periode yang berbeda dengan wakil yang berbeda pula.

13. Selanjutnya ada Drs Rais Lamangkona selaku Sekda sempat menjadi (Pelaksana Harian Gubernur) 24 Maret 2011 – 31 Maret 2011

14. Selanjutnya Achmad Tanribali Lamo ditunjuk Presiden sebagai (Penjabat Gubernur) dari Tanggal 31 Maret 2011 – Hingga 16 Juni 2011

15. Diperiode selanjutnya, Drs H Longki Djanggola, M.Si bersama H. Sudarto menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dari 16 Juni 2016 hingga 16 Juni 2021.

Karena H Sudarto sebagai Wakil Gubernur meninggal dunia, wakil gubernur kemudian dilanjutkan oleh H Rusli Dg Palabbi yang terpilih secara aklamasi dalam rapat Paripurna di DPRD Sulawesi Tengah dengan masa jabatan dari 2019 hingga 2021.

16. Selanjutnya 2021-2024. H Rusdi Mastura dan Wakil Gubernur Drs. H Ma’mun Amir memimpin daerah ini.

Dan setelah 61 Tahun Sulteng merayakan Hari Jadinya, yang hampir bersamaan dengan kehadiran Dr H Anwar Hafid, M.Si bersama dr Reny A Lamadjido, Sp,PK.M.Kes sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng.

Seperti sudah ditakdirkan, Sulteng pas di usianya ke 61 tahun kembali dipimpin oleh figur baru —bernama ANWAR— maka tak berlebihan jika hastaq # Sulteng pada HUT nya kali ini adalah dari Anwar Tahun 1964 Kembali Anwar 2025.

Dirgahayu Provinsi Sulawesi Tengah ke 61 Tahun, Semoga Makin Maju daerah ini, dan Makin Sejahtera dan Bahagia Masyarakatnya.

Kami Tutup dengan Satu Pantun

Kupu Kupu Melayang Layang

Untuk seluruh Masyarakat Sulteng, A Love You Sayang.

(Pijarsulteng.com)

(Penulis: adalah pemerhati masalah sosial politik sehari hari bekerja di Sekretariat DPRD Sulteng)

pasang iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!